Connect with us

Banjarbaru

Sinergi Guru dan Ortu, PAUD Citra Indonesia Kupas Tuntas Tantangan Pengasuhan Modern

Published

on

BANJARBARU, baritobersinar.news – PAUD Citra Indonesia menggelar Seminar Parenting bertajuk “Mencetak Generasi Tangguh: Memahami Tahapan Perkembangan, Permasalahan, dan Penanganan Psikologis Secara Holistik pada Anak Usia Dini” dengan menghadirkan narasumber Dosen Program Studi Psikologi FKIK ULM, Rusdi Rusli. Kegiatan ini bertujuan memberikan pemahaman komprehensif kepada orang tua dan guru tentang perkembangan anak usia dini serta cara menangani berbagai permasalahan yang mungkin muncul.

Dalam paparannya, Rusdi menjelaskan pentingnya memahami berbagai aspek perkembangan anak, seperti perkembangan psikologis, kognitif, sosial, dan emosional. Ia juga menekankan bahwa hambatan perkembangan bisa muncul pada anak kapan saja, sehingga guru dan orang tua perlu memahami langkah penanganannya.

“Materi hari ini membahas bagaimana perkembangan anak usia dini, mulai dari psikologis, kognitif, sosial, emosional, hingga hambatan-hambatan yang mungkin terjadi. Orang tua dan guru perlu memahami apa yang bisa dilakukan ketika perkembangan anak dirasa normal ataupun bermasalah,” ujar Rusdi di Banjarbaru, Sabtu (15/11/2025).

Rusdi mengingatkan bahwa kesalahan umum yang sering terjadi adalah pemberian label negatif pada anak. Menurutnya, guru dan orang tua kerap terburu-buru menilai perilaku anak dan langsung mengaitkannya dengan kondisi tertentu.

“Jangan me-label-i anak. Terkadang karena melihat satu perilaku saja, anak langsung diberi label seperti ‘autis’ atau ‘ADHD’, padahal label hanya boleh diberikan oleh profesional seperti psikolog, psikiater, atau dokter anak,” tegasnya.

Pemberian label yang tidak tepat dapat memengaruhi cara anak memandang dirinya dan cara lingkungan memperlakukannya.

“Ketika anak mendengar label itu, ia bisa berperilaku seolah-olah memang demikian. Lingkungan pun bisa menghindari anak karena kurangnya pemahaman. Ini berdampak buruk pada psikologi dan perkembangan sosialnya,” tambahnya.

Dalam seminar ini, Rusdi juga menekankan bahwa orang tua perlu memberi ruang bagi anak untuk mengembangkan minatnya sendiri, bukan memaksakan keinginan pribadi.

“Upayakan apa yang dipilih anak sesuai dengan minatnya, bukan obsesi orang tua. Ketika anak melakukan sesuatu yang ia sukai, hasilnya akan lebih optimal dibanding ia dipaksa melakukan hal yang tidak diminatinya,” jelasnya.

Menurut Rusdi, apa yang ditanamkan pada anak usia dini akan terlihat hasilnya ketika anak memasuki masa remaja.

“Kalau anak dibiarkan bermasalah di usia dini, perilaku negatifnya akan tampak signifikan saat remaja, bahkan dewasa. Begitu pula jika sejak dini ditanamkan nilai positif, hasil positifnya akan terlihat saat mereka tumbuh besar,” katanya.

Rusdi juga memberikan pesan khusus kepada para orang tua muda agar terus belajar mengenai pola asuh yang tepat.

“Belajar parenting itu tidak hanya dari buku. Bisa bertanya kepada expert, orang tua, atau sumber lain. Tapi orang tua harus bisa memilah, tidak semua yang berhasil pada anak orang lain cocok untuk anak kita,” ujarnya.

Terkait istilah didikan VOC yang belakangan sering digunakan untuk menggambarkan pola asuh yang terlalu keras, Rusdi menilai bahwa setiap pola asuh sebenarnya harus disesuaikan konteksnya.

“Pola asuh otoriter, permisif, acuh, maupun demokratis semuanya tidak ada yang paling optimal secara mutlak. Semua bergantung pada situasi. Misalnya, untuk pilihan yang aman bagi anak kita bisa demokratis, tapi jika anak memilih sesuatu yang berbahaya, pola asuh otoriter perlu diterapkan,” jelasnya.

Seminar parenting ini diharapkan dapat menjadi bekal berharga bagi para orang tua dan pendidik untuk mendampingi perkembangan anak sejak dini secara lebih bijaksana dan holistik. (adv/kmfksl/jay/bbn)