Connect with us

Kalsel

Warga Belandean Melek Keuangan, Mahasiswa UNISKA dan OJK Turun ke Lapangan

Published

on

Oleh, Eka Sri Tanjung Jaya

Mahasiswi FISIP Jurusan Komunikasi (Uniska Muhammad Arsyad Al Banjari)

MARABAHAN, baritobersinar.news – Pagi itu, suasana Desa Belandean lebih hidup dari biasanya. Puluhan warga berkumpul di balai desa, mata mereka berbinar penuh antusiasme, siap menyimak materi yang bagi sebagian dari mereka terasa baru literasi keuangan dan risiko pinjaman online ilegal.

Kegiatan bertajuk “Meningkatkan Literasi Keuangan Masyarakat Desa Belandean melalui Edukasi dan Komunikasi Efektif untuk Mencegah Jeratan Pinjaman Online” ini digelar Sabtu, 1 Desember 2025, sekitar pukul 9.30 WITA.

Inisiatif unik ini lahir dari kolaborasi mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Islam Kalimantan (UNISKA) Banjarmasin dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Banjarmasin, serta dukungan penuh Pemerintah Desa Belandean.

Ketua pelaksana, Evelyn Sule, menceritakan latar belakang kegiatan ini. Menurutnya, banyak warga di desa masih awam tentang prosedur pinjaman online dan bahayanya jika terjebak pinjol ilegal.

“Pengetahuan warga mengenai pinjol ilegal di Desa Belandean masih sangat terbatas. Itu alasan kami memilih melakukan sosialisasi ini di sini,” ujar Evelyn.

Evelyn menambahkan bahwa kegiatan ini bukan sekadar seminar formal. Mahasiswa berperan aktif sebagai fasilitator, menghadirkan materi yang dirancang sederhana namun padat, memudahkan warga memahami risiko keuangan yang sering luput dari perhatian mereka.

Di sisi lain, Kepala Desa Belandean, Elly Rahmah, menyambut baik inisiatif ini. Ia menilai sosialisasi semacam ini sangat penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat, terutama mereka yang rentan terhadap jebakan pinjol ilegal.

“Saya menilai kegiatan ini sangat bermanfaat. Mungkin banyak warga yang sebelumnya belum paham kini menjadi tahu peran OJK serta bahaya pinjol ilegal,” kata Elly.

Suasana hangat dan interaktif terasa sepanjang acara. Warga antusias bertanya, berbagi pengalaman, bahkan beberapa mengaku baru sadar bahwa pinjaman online bisa menjadi bencana bila tidak bijak. Untuk mengukur pemahaman peserta, panitia menyediakan kuesioner evaluasi, sekaligus menjadi cerminan keberhasilan sosialisasi ini.

Kegiatan ditutup dengan sesi diskusi dan pembagian lembar evaluasi. Dari sana, terlihat harapan besar masyarakat Desa Belandean kini memiliki bekal pengetahuan untuk mengelola keuangan secara lebih bijak, serta kemampuan mengenali jebakan pinjaman ilegal.

Melalui kolaborasi akademisi, lembaga resmi, dan pemerintah desa, literasi keuangan bukan lagi sekadar istilah, melainkan langkah nyata menuju masyarakat yang lebih cerdas dan tangguh dalam menghadapi arus digital ekonomi modern. ***